Angin berhembus pelan menerpa wajah
yang sayu. Kebingungan. Dan bulan enggan untuk membagi senyumnya yang indah. Ia
hilang di balik awan yang kelam. Wajah yang sayu ini pun menjadi semakin sayu
dan kembali terpekur menatap tanah yang basah. Seakan benak penuh dengan rasa
yang ngilu dan hati yang beku, menggeliat untuk menerawang akan hingar bingar
kehidupan yang telah semakin tak menentu.
Akan ada sesuatu yang menyesakkan
dada dan menyendak di kerongkongan jika mengingat masa lalu yang penuh dengan
deraian air mata akan penghambaan ke Hadirat-Nya dan pasrah atas firman-Nya serta
tuntunan utusan-Nya. Tuli dengan segala bisikan-bisikan musuh-Nya dan menguras
segala ilmu tentang menghamba kepada-Nya serta tentang segala misteri kehidupan.
Hanya saja kini, seakan tak lagi berharap akan itu semua dan menguburkan semua
itu dalam kesibukan yang entah apa.
Dalam benak yang penuh dengan racun
duniawi ini, tak lagi ikhlas akan untuk mencapai rahmat-Nya walau hati tak
pernah membiarkan itu. Diri ini percaya bahwa semua yang dulu tak pernah
terlupa dan tak akan. Tetapi raga ini semakin mesra dengan wahana kemunafikan
dan bercumbu dengan segala tipuan.
Angin kini berhembus basah,
membasahi wajah sayu yang suram demi mengingat akan intervensi kehidupan yang
memonopoli seluruh jiwa dan raga.
Entah mengapa, entah bagaimana dan
entah sampai kapan.
Ditulis Oleh : Deradja ~ AzisGoOnline.Com
Sobat sedang membaca artikel tentang Opini - Intervensi Kehidupan. , Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya